Pages

Popular Posts

Monday, November 20, 2017

MAKALAH - SELUK BELUK MODEL EVALUASI CIPP dan MODEL EVALUASI IBM




Sebuah kegiatan atau program yang dilakukan oleh seseorang atau sekolompok orang, pada umumnya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila tujuannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga dapat mengetahui dan mengimplementasikan cara-cara yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karenanya, seseorang atau sekolompok orang dapat melakukan proses evaluasi untuk mengetahui seberapa tepat cara-cara yang digunakan untuk meraih tujuan tersebut. Proses evaluasi yang dilakukan tidak sekedar untuk mengetahui ketepatan pelaksanaan, tetapi dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan ketercapaian suatu tujuan.
Evaluasi memiliki definisi tertentu yang membedakannya dari kegiatan lain. Evaluasi dapat didefinisikan sebagai kegiatan untuk menentukan nilai tentang sesuatu, termasuk mendapatkan informasi yang bermanfaat (Worhen & Sanders, 1973: 19), sehingga penyediaan informasi yang ada dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputuasan (Stufflebeam & Shinkfiled, 1985: 159), yang ditunjukkan sebagai suatu proses terstruktur dalam menciptakan informasi untuk mengurangi tingkat ketidakpastian stakeholder tentang suatu program (McDavid & Howthorn, 2006: 3), supaya setiap data yang dihasilkan lebih akurat dan objektif karena dilaksanakan secara sistematik (Sudarsono, 1994: 3). Oleh karena itu, evaluasi penting dilakukan untuk mencari informasi-informasi yang lebih akurat tentang pelaksanaan suatu program.
Memilih model evaluasi yang digunakan untuk mencapai tujuan program harus  disesuaikan  dengan masalah  dan  tujuan  dari  evaluasi itu  sendiri. Terdapat banyak model evaluasi yang dikembangkan dewasa ini, seperti delapan model evaluasi yang  dapat  dipakai dalam mengevaluasi sebuah program (Kaufman & Thomas, 1980: 109), yaitu: Goal Oriented Evaluation Model; Goal Free Evaluation Model; Formative  Summative Evaluation Model; Countenance Evaluation Model; Responsive Evaluation Model; CSE-UCLA Evaluation Model; CIPP Evaluation Model; and Discrepancy Model. Selain itu, terdapat pula model-model evaluasi yang lain, seperti: Kirkpatrick, System Bell, Ciro, Saratoga Institut, IBM, Xerox, dan CIPP (Badrun Kartwowagiran, 2016).
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dideskripsikan tentang model-model evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi sebuah program. Tujuannnya adalah untuk mengetahui seberapa jauh tingkat keberhasilan program yang dijalankan. Adapun model yang akan dideskripsikan adalah model CIPP dan IBM. Kedua model ini akan dibahas lebih jauh terkait dengan kebermanfaatnnya dalam mengevaluasi sebuah program.
Model-model evaluasi dewasa ini, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kebutuhan. Ada pula yang memodifikasi model-model tersebut sesuai dengan kebutuhan, seperti model CIPP yang dimodifikasi menjadi CIPPO. Dewasa ini, model evaluasi tidak hanya diterapkan dalam bidang pendidikan saja, tetapi dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti manajemen, maupun perusahaan. Misalnya, model evaluasi IBM.
Untuk melakukan evaluasi dengan menggunakan model CIPP dan IBM, maka terlebih dahulu harus memahami pengertian, tujuan, kelebihan dan kekurangan, serta implementasinya.
Model evaluasi yang dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam dan kawan-kawanya pada tahun 1967 di Ohio State University  ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator untuk mengevaluasi berbagai program yang dilaksanakan. Dalam dunia pendidikan Stufflebeam menggolongkan sistem pendidikan atas 4 dimensi, yaitu Context, Input, Process, dan Product, sehingga model evaluasi yang ditawarkan diberi nama model CIPP yang merupakan singkatan dari ke empat dimensi tersebut. Model CIPP merupakan sasaran evaluasi yang tidak lain adalah dimensi dari suatu program. Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi  yang  memandang  program  yang dievaluasi sebagai suatu sistem karena memiliki dimensi yang lengkap. Sudjana & Ibrahim (2004: 246), menterjemahkan masing-masing dimensi tersebut dengan makna sebagai berikut.
a.
Context
:
Situasi atau latar belakang yang memengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam sistem yang bersangkutan, seperti masalah pendidikan yang dirasakan, keadaan ekonomi negara, dan pandangan hidup masyarakat.
b.
Input
:
Sarana/modal/bahan dan rencana strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
c.
Process
:
Pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana/modal/bahan di dalam kegiatan nyata di lapangan.
d.
Product
:
Hasil yang dicapai baik selama maupun pada akhir pengembangan sistem pendidikan yang bersangkutan.

Berdasarkan pengertian yang ada, maka tujuan dari model CIPP adalah untuk mengambil keputusan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan suatu program. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan Stufflebeam bahwa tujuan evaluasi adalah (1) untuk menetapkan dan menyediakan informasi yang bermanfaat untuk menilai keputusan alternatif; (2) membantu audience untuk menilai dan mengembangkan manfaat program pendidikan atau objek, dan (3) membantu pengembangan kebijakan dan program.
Setiap model evaluasi program tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu juga dengan model evaluasi CIPP. Adapun kelebihan dan kekurangan model CIPP (Widiyoko, 2009), yaitu:
a.    Kelebihan
Kelebihan dari model evaluasi CIPP adalah sebagai berikut.
1.    Lebih komperensif di antara model lainnya. Karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga mencakup konteks, masukan, proses, dan hasil.
2.    Memiliki pendekatan yang holistik dalam evaluasi karena bertujuan memberikan gambaran yang sangat detail dan luas terhadap proyek, mulai dari konteksnya hingga saat proses implementasi.
3.    Memiliki potensi untuk bergerak di wilayah evaluasi formatif dan sumatif, sehingga sama baiknya dalam membantu melakukan perbaikan selama program berjalan maupun memberikan informasi final.
b.    Kekurangan
Selain memiliki kelebihan, model evalusasi CIPP juga memiliki kelemahan. Berikut ini beberapa kelemahan model evaluasi CIPP, yaitu:
1.    Penerapannya di dalam program pembelajaran di kelas mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi jika tidak dimodifikasi.
2.    Terlalu mementingkan bagaimana proses seharusnya daripada kenyataaan di lapangan.
3.    Kesannya terlalu top down dengan sifat majerialnya dalam pendekatannya.
4.    Cenderung fokus pada rational management ketimbang mengikuti kompleksitas realitas empiris.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap model evaluasi tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu pun dengan model evaluasi CIPP. Oleh karenanya, sebelum menggunakan model evaluasi CIPP untuk mengevaluasi sebuah program, perlu diperhatikan tujuan dilakukan evaluasi terhadap program tersebut, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat agar dapat memberikan rekomendasi dengan cara yang tepat.
Setelah melihat pengertian, tujuan, kelebihan dan kekurangan, selanjutnya akan diuraikan bagaimana implementasinya dalam penelitian. Disini kami mengambil beberapa contoh penelitian dalam artikel jurnal yang menggunakan model evaluasi CIPP.
a.    Implementasi model CIPP pada Penelitian Nyayu Khodijah tahun 2012. Tentang evaluasi program peningkatan kualifikasi guru madrasah di Sumatera Selatan. Penelitian yang dimuat dalam Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan bertujuan untuk mengevaluasi program peningkatan kualifikasi guru, khususnya yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama terhadap guru madrasah, dan untuk menilai apakah program yang berjalan telah memberikan dampak yang diharapkan. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif evaluatif dengan model evaluasi konteks, input, proses dan produk (context, input, process, product, CIPP), dan difokuskan pada evaluasi proses dan produk. Responden penelitian ini adalah guru madrasah yang menjadi peserta program kualifikasi angkatan pertama. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik angket dan wawancara, sedangkan analisis data menggunakan teknik analisis kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program peningkatan kualifikasi guru madrasah sebagian besar telah berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Dampak yang dirasakan oleh guru dengan diterapkannya program ini terlihat pada peningkatan kompetensi mengajar, peningkatan karier, serta peningkatan kesejahteraan, namun dampaknya pada kemungkinan penerapan materi perkuliahan yang diperoleh masih belum optimal (Khodijah, 2012).
b.    Penelitian Guili Zhang, Nancy Zeller, Robin Griffith, Debbie Metcalf, Jennifer Williams, Christine Shea, and Katherine Misulis, tahun 2011. Tentang “Using the Context, Input, Process, and Product Evaluation Model (CIPP) as a Comprehensive Framework to Guide the Planning, Implementation, and Assessment of Service-learning Programs”. Penelitian ini menggunakan evaluasi model CIPP secara menyeluruh sebagai petunjuk perencanaan, implementasi, dan penilaian program layanan belajar (Zhang, dkk, 2011).

Model evaluasi ini dikembangkan oleh Norman F. Estrin pada tahun 1990. Model ini merupakan singkatan dari INTERNATIONAL BUSSINES MACHINE. Model ini digunakan untuk mengevaluasi program pelatihan, yang terdiri dari 4 dimensi, yaitu: reaction, testing, application, and bussiness results. Adapun penjelasan setiap dimensi dari model ini adalah sebagai berikut.
1.    Reaction                 : Kebermanfaatan program yang dirasakan oleh peserta program.
2.    Testing                    : Penilaian peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta.
3.    Application             : Penerapan keterampilan baru dalam pekerjaan.
4.    Business Results     : Manfaat bagi perusahan dalam bentuk mata uang.
Karena referensi untuk model evaluasi ini sangat terbatas, maka kami hanya menjelaskan tentang pengertian dan dimensi model ini. Sedangkan untuk contoh implementasinya dalam artikel jurnal sangat jarang digunakan.

Evaluasi diartikan sebagai proses pencarian informasi, penemuan informasi, dan  penetapan informasi yang dipaparkan secara sistematis tentang perencanaan, nilai, tujuan,  manfaat, efektifitas, dan kesesuaian sesuatu dengan kriteria dan tujuan yang telah  ditetapkan. Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan rekomendasi sebagai bahan  pertimbangan dalam menentukan keputusan atas program yang dilaksanakan. Evaluasi harusnya sesuatu yang familiar dalam dunia pendidikan dan lembaga lainnya. Lembaga pendidikan sudah seharusnya mengadakan evaluasi rutin di setiap program yang  dilaksanakannya. 
Evaluasi yang  dimaksud bukan  hanya  sekedar  penilaian,  tetapi  evaluasi terhadap sebuah program  secara  menyeluruh. Evaluasi sangat berguna untuk menentukan apakah  sebuah program layak diteruskan, direvisi, atau menghentikan program karena dianggap  sudah tidak bermanfaat. Selain itu, evaluasi juga akan mengukur ketercapaian setiap  program yang sudah dilaksanakan melalui penggunakan model-model evaluasi sesuai dengan tujuan program itu sendiri. Misalnya saja menggunakan model evaluasi CIPP d untuk melihat keterlaksanaan program secara keseluruhan, dan model IBM untuk melihat keefektifan program pada sebuah perusahaan.
Oleh karena itu, evaluasi bisa diterapkan di dalam proses pembelajaran dalam kelas, evaluasi kebijakan, evaluasi proses, evaluasi dampak, evaluasi untuk pengembangan, maupun dalam bidang yang lain seperti dalam perusahaan. Karenanya, evaluasi  hendaknya  membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan, dan dukungan dari mereka yang terlibat (Tayibnapis, 2008: 4).


REFERENSI


Kaufman, R., & Thomas, S. (1980). Evaluation without fear. New York: New Viewpoints.

Khodijah, N. (2012). Evaluasi program peningkatan kualifikasi guru madrasah di Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 16(1), 348-364.

McDavid, J. C., & Howthorn, L. R. (2006). Program evaluation and performance measurement: an introduction to practice. California: Sage Publications, Inc.

Stufflebeam, D. L., & Shinknfield, A. J. (1985). Systematic Evaluation: A Self Instruction Guide to Theory and Practice. Camridge: Kluwer Academic Publishers.

Sudarsono, F. X. (1994). Penelitian evaluasi. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UNY.

Sudjana, N., & Ibrahim. (2004). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Tayibnapis, F. Y. (2008). Evaluasi program dan instrumen: Evaluasi untuk program pendidikan dan penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Widiyoko, E. P. (2009). Evaluasi program pembelajaran: panduan praktis pendidik dan calon pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Worhen, B. R., & Sanders, J. R. (1973). Educational evaluation: Theory and practice. Ohio: Charles A. Jones Publishing Company.

Zhang, d. G. (2011). Using the context, input, process, and product evaluation model (CIPP) as a comprehensice framework to guide the planning, implementation, and assesment of service-learning programs. Journal of Higher Education Outreach and Engagement, 15(4), 57-84.


No comments:

Post a Comment