A. MODEL
EVALUASI CIRO
CIRO merupakan model evaluasi yang dikembangkan oleh
Warr, Bird, dan Rackman pada tahun 1970. CIRO merupakan model yang banyak
digunakan dalam melakukan evaluasi terhadap suatu pelatihan. Evaluasi ini
dilakukan untuk mengetahui dampak pelatihan terhadap tujuan organisasi. Warr,
Bird, dan Rackman mengatakan bahwa bagian pelatihan memiliki peranan yang besar
dalam mencapai tujuan organisasi. Jika tujuan tercapai, maka akan memberikan
kontribusi yang cukup signifikan dalam peningkatan dan pengaruh terhadap
organisasi. Oleh karena itu, muncul evaluasi model CIRO. Model CIRO didasarkan
pada 4 tahap yaitu konteks (context),
input (input), reaksi (reaction), dan hasil (output).
Terdapat tiga pertanyaan mendasar ketika menjalankan model evaluasi ini
yaitu,
1.
Apa
yang perlu diubah?
2.
Apa
prosedur yang mungkin membawa perubahan?
3.
Apa
bukti dari perubahan yang telah terjadi?
Tahapan-tahap dalam
melakukan evaluasi CIRO ini adalah context,
input, reaction, output.
a.
Context
(Konteks)
Evaluasi konteks
meliputi penggunaan informasi mengenai situasi operasi yang konteks untuk
menentukan kebutuhan dari suatu program yang meliputi keterampilan,
pengetahuan, dan sikap dari seorang individu. Tahap konteks memungkingkan untuk
menggali informasi dari tiga objek yaitu objektif akhir, objektif antara, dan
objektif segera. Pertama, objektif
akhir merupakan defisiensi khusus dalam organisasi yang akan akan hilang atau
selesai. Objektif antara merupakan perilaku para pegawai yang diperlukan untuk
mencapai objektif akhir. Sedangkan objektif segera merupakan ilmu pengetahuan,
keterampilan atau sikap yang harus diperoleh partisipan untuk mengubah perilaku
mereka dalam mencapai tujuan akhir. Tahapan ini menekankan pada penggunaan
informasi melalui kajian pengamatan atau observasi untuk mencapai tujuan.
b.
Input
Tahap evaluasi
ini meliputi cara mempertimbangkan sumber daya yang tersedia dan memutuskan
informasi-informasi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan. Sumber daya bisa
berupa pelatihan, kursus, atau e-learning.
c.
Reaction
Tahap reaksi
ini, evaluator dapat memberikan umpan balik kepada pihak-pihak terkait tentang
reaksi yang diberikan setelah pemeriksaan. Evaluator dapat memberikan catatan
penting yang diberikan kepada pemangku kebijakan terkait untuk mencapai tujuan
sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
d.
Output
Pada tahap ini,
evaluator melakukan analisis berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh.
Tujuan utama dari tahapan ini adalah untuk melakukan evaluasi bagi pelatih
maupun peserta pelatih untuk meningkatkan produktivitas pada pelatihan yang
akan dating. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah mengukur perubahan individu
di tempat bekerja setelah pelatihan baik dari pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Selanjutnya, evaluator mengukur dampak perubahan organisasi yang
dilaksanakan oleh alumnus.
Model CIRO ini
hampir mirip dengan model Kirkpatrick. Kemiripannya adalah sama-sama
menggunakan kerangka evaluasi yang paralel berkaitan dengan pembelajaran dan
hasil belajar. Perbedaannya adalah pada model Kirkpatrick menggunakan
pendekatan Trainer-Centered, sedangkan pada CIRO berfokus pada Trainer dalam
menyiapkan sumber-sumber untuk peserta pelatihan.
B. Kaufman’s
Five Levels of Evaluation
Lima
tingkat evaluasi Kaufman adalah pengembangan empat tingkat Kirkpatrick. Dimana
Model Kirkpatrick membagi evaluasi berdasarkan jenis dampaknya, terutama kepada
pelajar, sedangkan model Kaufman mengevaluasi berdampak pada kelompok yang
berbeda. Kaufman memperluas kerangka Kirkpatrick dengan mendefinisikan Level 1
termasuk kemungkinan dari berbagai sumber daya dan masukan yang penting untuk
berhasil,
serta
menambahkan level 5 evaluasi pada perhatian pada aspek sosial dan respon dari
organisasi.
Kaufman
membagi Level 1 Kirkpatrick menjadi "Input" dan "Proses." Input
atau masukan mewakili materi pembelajaran dan sumber daya yang tersedia bagi
peserta didik. Proses merupakan metode pengiriman aktual dari pengalaman
belajar. Kaufman menambahkan tingkat kelima yang melihat manfaat bagi
masyarakat secara keseluruhan dan keuntungan bagi klien organisasi. Hal ini
berbeda dengan model Kirkpatrick, yang hanya melihat manfaat bagi organisasi
itu sendiri.
Berikut
ini adalah tingkatan atau level evaluasi Kaufman :
1. Level
1 : Input dan Proses
Tingkat
pertama metode evaluasi Kaufman dipecah menjadi dua bagian. Level 1a adalah
evaluasi "Enabling", yang dirancang untuk mengevaluasi kualitas dan
ketersediaan sumber daya fisik, keuangan dan manusia. Penting untuk
mempertimbangkan semua sumber daya yang tersedia. Ini adalah tingkat masukan (input). Level 1b, "Reaction,"
mengevaluasi efisiensi dan penerimaan sarana, metode dan proses dari program
pelatihan yang diusulkan. Subjek uji ditanyakan bagaimana perasaan mereka
terhadap instruksi tersebut.
2. Level
2 dan 3 : Micro
Tingkat
2 dan 3 diklasifikasikan sebagai tingkat mikro yang dirancang untuk
mengevaluasi individu dan kelompok kecil. Level 2, "Acquisition" mengevaluasi kompetensi
dan penguasaan kelompok uji / individu dalam lingkungan kelas. Level 3,
"Application," mengevaluasi keberhasilan kelompok uji / penggunaan
program pelatihan individu. Subjek uji dipantau untuk menentukan seberapa besar
dan seberapa baik mereka menerapkan pengetahuan yang mereka dapatkan di dalam
organisasi.
3. Level
4 : Macro
"Output
Organisasi" adalah level 4 dalam metode evaluasi Kaufman. Tingkat ini
dirancang untuk mengevaluasi hasil kontribusi dan hasil kerja organisasi secara
keseluruhan sebagai hasil dari program pelatihan yang diusulkan. Kesuksesan
diukur berdasarkan kinerja keseluruhan organisasi dan tingkat pengembalian
investasi.
4. Level
5 : Mega
Pada
tingkat akhir metode evaluasi Kaufman, "Societal Outcomes,"
kontribusi terhadap dan dari klien dan masyarakat secara keseluruhan
dievaluasi. Responsif, konsekuensi potensial dan hasil kerja diukur untuk
menentukan keberhasilan penerapan program pelatihan yang diusulkan.
Perbedaan
tingkatan evaluasi Kaufman dan Kirkpatrick :
Kaufman
|
Kirkpatrick
|
Explanation
|
Input
|
1a
|
Ketersediaan
dan kualitas sumber daya
Ini adalah materi pelatihan,
sumber digital, dll, digunakan untuk mendukung pengalaman belajar.
|
Process
|
1b
|
Proses
penerimaan dan efisiensi
Ini adalah
penyampaian pengalaman belajar yang sebenarnya.
|
Micro
|
2
dan 3
|
Hadiah
kelompok individu dan kelompok kecil
Ini adalah hasil untuk 'klien
tingkat mikro' (biasanya pelajar). Melakukan pelajar 'memperoleh'
pembelajarannya? Apakah dia menerapkannya di tempat kerja
|
Macro
|
4
|
Imbalan
organisasi
Ini adalah hasil untuk 'klien
tingkat makro', organisasi, dan termasuk evaluasi peningkatan kinerja dan
cost benefi / cost konsekuensi analisis
|
Mega
|
n/a
|
Kontribusi
sosial
Ini adalah hasil untuk 'klien
tingkat mega', baik masyarakat secara keseluruhan maupun klien perusahaan.
|
DAFTAR PUSTAKA
Downes, Andrew. 2010. Learning Evaluation Theory : Kaufman’s
Five Levels of Evaluation. Provided by WatershedLRS.com
Kaufman, R., Keller, J., & Watkins, R. (1995).
What works and what doesn’t: Evaluation beyond Kirkpatrick. Performance and Instruction, 35(2): 8-12.
https://instructionaldesignfusions.wordpress.com/2012/05/08/alternatives-to-kirkpatrick-kaufmans-5-levels-of-evaluation/
di akses tanggal 28 September 2017 pukul
8:43.
http://www.ehow.com/info_8582553_kaufmans-five-levels-evaluation.html
di akses tanggal 28 September 2017 pada pukul 8:36 WIB
Sudiharto.
(2012). Evaluasi Pelatihan. Jakarta: Balai Besar Pelatihan Kesehatan.
No comments:
Post a Comment