Landasan
Filosofis Pengembangan Kurikulum
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Kurikulum Pembelajaran
|
LANDASAN FILOSOFIS PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Landasan filosofis dalam
pengembangan kurikulum ialah pentingnya rumusan yang didapatkan dari hasil
berpikir secara mendalam, analisis, logis, sistematis dalam merencanakan,
melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum baik dalam bentuk kurikulum
sebagai rencana (tertulis), terlebih kurikulum dalam bentuk pelaksanaan di
sekolah.
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan
kuikulum. Ketika kita berbicara tetang masalah pendidikan maka kita sedang berhadapan
dengan msalah hidup dan kehidupan manusia, sebagai mana yang dikemukakan oleh
Lodge , yaitu: bahwa life is education, and cducation is life, akan berarti
bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manisia itu adalah proses pendidikan.
Bagaimanapun pengertian dari pendidikan, namun masalah pendidikan adalah
merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehidupan manusia. Sama halnya seperti dalam Filsafat
Pendidikan. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran –
aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Semua aspek yang
terkait dengan pengelolaan program pendidikan, seperti Sumber Daya Manusia
(SDM) yang harus ikut terlibat, rumusan tujuan pendidikan, isi pendidikn,
proses pelaksanaan dan bagaimana cara untuk mengetahui hasil yang dicapai dari
program pendidikan, semuanya harus didasarkan pada hasil berpikir secara
sistematis, logis dan mendalam. Pemikiran tersebut dalam filsafat disebut
sebagai pemikiran radikal (radic), yaitu hasil berpikir secara mendalam
sampai keakar-akarnya.
Menurut Donald
Butler dalam Nana Syaodih “Filsafat memberikan arah dan metodologi terhadap
praktik pendidikan, sedangkan praktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi
pertimbangan-pertimbangan filofofis”. Secara rinci menurut Nasution bahwa
filsafat pendidikan berfungsi:
a.
Menentukan arah akan kemana siswa harus dibawa (Tujuan)
b.
Mendapatkan gambaran yang jelas hasil pendidikan yang harus
dicapai
c.
Menentukan isi yang akurat yang harus dipelajari oleh para
siswa
d.
Menentukan cara dan proses untuk mencapai tujuan
e.
Memungkinkan untuk menilai hasil yang telah dicapai secara
akurat
1.
Filsafat
Pendidikan
Filsafat berupaya mengkaji berbagai
permasalahan yang dihadapai manusia, termasuk masalah pendidikan.
Pendidikan sebagai ilmu terapan, tentu saja memerlukan ilmu-ilmu lain sebagai
penunjang, di antaranya filsafat. Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah
penerapan dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan. Menurut Redja Mudyahardjo (1989), terdapat tiga sistem pemikiran
filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya
dan pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu filsafat idealisme, realisme
dan filsafat fragmatisme.
2.
Filsafat
dan Tujuan Pendidikan
Bidang telaahan filsafat pada
awalnya mempersoalkan siapa manusia itu? Kajian terhadap persoalan ini berupaya
untuk menelusuri hakikat manusia, sehingga muncul beberapa asumsi tentang
manusia. Misalnya manusia adalah makhluk religius, makhluk sosial, makhluk yang
berbudaya, dan lain sebagainya. Dari beberapa telaahan tersebut filsafat
mencoba menelaah tentang tiga pokok persoalan, yaitu hakikat benar-salah
(logika), hakikat baik-buruk (etika), dan hakikat indah-jelek (estetika). Oleh
karena itu maka ketiga pandangan tersebut sangat dibutuhkan dalam pendidikan.
Terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Artinya ke mana
pendidikan akan dibawa, terlebih dahulu harus ada kejelasan pandangan hidup
manusia atau tentang hidup dan eksistensinya.
Filsafat akan menentukan arah kemana
peserta didik akan dibawa, filsafat merupakan perangkat nilai-nilai yang
melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu,
filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau
bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat mempengaruhi terhadap tujuan
pendidikan yang ingin dicapai.
Tujuan pendidikan nasional di
Indonesia tentu saja bersumber pada pandangan dan cara hidup manusia Indonesia,
yakni Pancasila. Hal ini berarti bahwa pendidikan di Indonesia harus membawa
peserta didik agar menjadi manusia yang berPancasila. Dengan kata lain,
landasan dan arah yang ingin diwujudkan oleh pendidikan di Indonesia adalah
yang sesuai dengan kandungan falsafah Pancasila itu sendiri.
Sebagai implikasi dari nilai-nilai
filsafat Pancasila yang dianut bangsa Indonesia, dicerminkan dalam rumusan
tujuan pendidikan nasional seperti terdapat dalam UU No.20 Tahun 2003, yaitu :
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadimanusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 2 dan 3). Dalam rumusan
tujuan pendidikan nasional tersebut, tersurat dan tersirat nilai-nilai yang
terkandung dalam rumusan Pancasila.
Melalui rumusan tujuan pendidikan
nasional di atas, sudah jelas tergambar bahwa peserta didikyang ingin
dihasilkan oleh sistem pendidikan kita antara lain adalah untuk melahirkan
manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu dan beramal dalam kondisi yang serasi,
selaras dan seimbang. Di sinilah pentingnya filsafat sebagai pandangan hidup
manusia dalam hubunganya dengan pendidikan dan pembelajaran.
3.
Manfaat
Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan pada dasarnya
adalah penerapan dari pemikiran-pemikiran filsafat untuk memecahkan permasalahn
pendidikan. Dengan demikian tentu saja bahwa filsafat memiliki manfaat dan
memberikan kontribusi yang besar terutama dalam memberikan kajian sistematis
berkenaan dengan kepentingan pendidikan. Menurut Nasution (1982)
mengidentifikasi beberapa manfaat filsafat pendidikan, yaitu:
a.
Filsafat
pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana anak-anak melalui
pendidikan di sekolah? Sekolah adalah suatu lembaga yang didirikan untuk
mendidik anak-anak ke arah yang dicita-citakan oleh masyarakat, bangsa dan
negara.
b.
Dengan
adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang dianut, kita mendapat
hambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai.
c.
Filsafat
dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada segala usaha
pendidikan.
d.
Tujuan
pendidikan memungkinkan si penduduk menilai usahanya, hingga manakah tujuan itu
tercapai.
e.
Tujuan
pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-lkegiatan
pendidikan.
4.
Kurikulum
dan Filsafat Pendidikan
Kurikulum pada hakikatnya adalah
alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena tujuan pendidikan sangat
dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka tentu saja
kurikulum yang dikembangkan juga akan mencerminkan falsafah/pandangan hidup
yang dianut oleh bangsa tersebut oleh karena itu terdapat hubungan yang sangat
erat antara kurikulum pendidikan di suatu negara dengan filsafat negara yang
dianutnya. Sebagai contoh, Indonesia pada masa penjajahan Belanda, kurikulum
yang dianut pada masa itu sangat berorientasi pada kepentingan politik Belanda.
Demikian pula pada saat negara kita dijajah Jepang, maka orientasi kurikulum
berpindah yaitu disesuaikan dengan kepentingan dan sistem nilai yang dianut
oleh negara Matahari Terbit itu. Setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya, dan
secara bulat dan utuh menggunakan pancasila sebagai dasar dan falsafah dalam
berbangsa dan bernegara, maka kurikulum pendidikan pun disesuaikan dengan
nilai-nilai pancasila itu sendiri.
Pengembangan kurikulum walaupun pada tahap awal sangat
dipengaruhi oleh filsafat dan ideologi negara, namun tidak berarti bahwa
kurikulum bersifat statis, melainkan senantiasa memerluka pengembangan,
pembaharuan dan penyempurnaan disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan dan
perkembangan zaman yang senantiasa cepat berubah.
5.
Aliran-aliran Filsafat Pendidikan
Pengembangan
kurikulum membutuhkan filsafat sebagai acuan atau landasan berpikir.
Kajian-kajian filosofis tentang kurikulum akan berupaya menjawab permasalahan-permasalahan
sekitar: (1) bagaimana seharusnya tujuan pendididikan itu dirumuskan, (2) isi
atau materi pendidikan yang bagaimana yang seharusnya disajikan kepada siswa,
(3) metode pendidikan apa yang seharusnya digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan,
dan (4) bagaimana peranan yang seharusnya dilakukan pendidik dan peserta didik.
Jawaban atas permasalahan tersebut
akan sangat bergantung pada landasan filsafat mana yang digunakan sebagai
asumsi atau sebagai titik tolak pengembangan kurikulum. Landasan filsafat
tertentu beserta konsep-konsepnya yang meliputi konsep metafisika,
epistemologi, logika dan aksiologi berimplikasi terhadap konsep-konsep
pendidikan yang meliputi rumusan tujuan pendidikan, isi pendidikan, metode
pendidikan, peranan pendidik dan peserta didik. Konsep metafisika berimplikasi
terhadap perumusan tujuan pendidikan terutama tujuan umum pendidikan yang
rumusannya ideal dan umum; konsep hakikat manusia berimplikasi khususnya
terhadap peranan pendidik dan peserta didik; konsep tentang hakikat pengetahuan
berimplikasi terhadap isi dan metode pendidikan; dan konsep aksiologi
berimplikasi terutama terhadap perumusan tujuan umum pendidikan.
Menurut
Redja Mudyahardjo (1989) terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat
besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya, dan pendidikan di
Indonesia pada khususnya, yaitu: Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme. Redja
Mudyahardjo (2001) merangkum konsep-konsep ketiga aliran filsafat tersebut dan
implikasinya terhadap pendidikan sebagai berikut:
a.
Idealisme
1)
Konsep-konsep Filsafat
a)
Metafisika (hakikat realitas): Realitas
atau kenyataan yang sebenarnya bersifat spititual atau rohaniah.
b)
Humanologi (hakikat manusia): Jiwa
dikaruniai kemampuan berpikir/rasional. Kemampuan berpikir menyebabkan adanya
kemampuan memilih.
c)
Epistemologi (hakikat pengetahuan):
Pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali
melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang
yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang; sebagian besar manusia hanya sampai
pada tingkat pendapat.
d)
Aksiologi (hakikat nilai): Kehidupan
manusia diatur oleh kewajiban moral yang diturunkan dari pandangan tentang
kenyataan atau metafisika. Hakikat nilai bersifat absolut/mutlak.
2)
Konsep-konsep Pendidikan
a)
Tujuan pendidikan: Tujuan-tujuan
pendidikan formal dan informal, pertama-tama adalah pembentukan karakter, dan
kemudian tertuju pada pengembangan bakat dan kebajikan sosial.
b)
Isi pendidikan: Pengembangan kemampuan
berpikir melalui pendidikan liberal atau pendidikan umum, penyiapan
keterampilan bekerja sesuatu mata pencaharian melalui pendidikan praktis.
c)
Metode pendidikan: Metode pendidikan
yang disusun adalah metode dialektik/dialogik, meskipun demikian setiap metode
yang efektif mendorong belajar data diterima (eklektif). Cnderung mengabaikan
dasar-dasar fisiologis dalam belajar.
d)
Peranan peserta didik dan pendidik: Peserta didik bebas
mengembangkan bakat dan kepribadiannya. Pendidik bekerja sama dengan alam dalam
proses pengembangan kemampuan ilmiah. Tugas utama pendidik adalah
e)
menciptakan lingkungan yang memungkinkan
peserta didik dapat belajar secara efisien dan efektif.
b.
Realisme
1) Konsep-konsep
Filsafat
a)
Metafisika (hakikat realitas): Realitas
atau kenyataan yang sebenarnya bersifat fisik atau materi.
b)
Humanologi (hakikat manusia): Hakikat
manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakannya. Jiwa merupakan sebuah
organisme yang sangat kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir. Manusia
mungkin mempunyai kebebasan atau tidak mempunyai kebebasan.
c)
Epistemologi (hakikat pengetahuan):
Pengetahuan diperoleh melalui penginderaan dengan menggunakan pikiran.
Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan
fakta.
d)
Aksiologi (hakikat nilai): Tingkah laku
manusia diatur oleh hukum alam yang diperoleh melalui ilmu; dan pada taraf yang
lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah
teruji dalam kehidupan.
2) Konsep-konsep
Pendidikan
a)
Tujuan pendidikan: Tujuan pendidikan
adalah dapat menyesuaikan diri secara tepat dalam hidup dan dapat melaksanakan
tanggung jawab sosial
b)
Isi pendidikan: Isi pendidikan adalah
kurikulum komprehensif yang berisi semua pengetahuan yang berguna bagi
penyesuaian diri dalam hidup dan tanggung jawab sosial. Kurikulum berisi unsure-unsur
pendidikan liberal/pendidikan umum untuk mengembangkan kemmapuan berpikir, dan
pendidikan praktis untuk kepentingan bekerja.
c)
Metode pendidikan didasarkan pada
pengalaman langsung maupu tidak langsung. Metode mengajar hendaknya bersifat
logis, bertahap atau berurutan. Pembiasaan merupakan sebuah metode pokok yang
dipergunakan oleh penganut realism.
d)
Peranan peserta didik dan pendidik:
Dalam hubungannya dengan pembelajaran, peranan peserta didik adalah menguasai
pengetahuan yang dapat berubah-ubah. Peserta didik perlu mempunyai disiplin
mental dan moral untuk setiap tingkat kebajikan. Peranan pendidik adalah
menguasai pengetahuan, terampil dan teknik mendidik, dan memiliki kewenangan
untuk mencapai hasil pendidikan yang dibebankan kepadanya.
c.
Pragmatisme
1)
Konsep-konsep
Filsafat
a)
Metafisika (hakikat realitas): Suatu
teori umum tentang kenyataan tidak mungkin dan tidak perlu. Kenyataan yang
sebenarnya adalah kenyataan fisik. Segala sesuatu dalam alam dan kehidupan
adalah berubah (becoming).
b)
Humanologi (hakikat manusia): Manusia
adalah hasil evolusi biologis, psikologis dan sosial. Ini berarti setiap
manusia tumbuh secara berangsur-angsur mencapai kemampuan-kemampuan biologis,
psikologis, dan sosial.
c)
Epistemologi (hakikat pengetahuan):
Pengetahuan bersifat relatif dan terus berkembang. Pengetahuan yang benar
adalah yang ternyata berguna bagi kehidupan.
d)
Aksiologi (hakikat nilai): Ukuran
tingkah laku perorangan dan sosial ditentukan secara eksperimental dalam
pengalaman-pengalaman hidup. Ini berarti tidak ada nilai yang absolut.
2)
Konsep-konsep
Pendidikan
a)
Tujuan pendidikan: Tujuan pendidikan
adalah memperoleh pengalaman yang berguna untuk memecahkan masalah-masalah baru
dalam kehidupan perorangan dan masyarakat. Tujuan pendidikan tidak ditentukan
dari luar kegiatan pendidikan tetapi terdapat dalam setiap proses pendidikan.
Dengan demikian tujuan pendidikan adalah pertumbuhan sepanjang hidup.
b)
Isi pendidikan: Isi pendidikan adalah
kurikulum berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji serta minat-minat dan
kebutuhan-kebutuhan anak, dan pendidikan liberal yang menghilangkan pemisahan
antara pndidikan umum dengan pendidikan praktis/vokasional.
c)
Metode pendidikan: Berpikir reflektif
atau metode pemecahan masalah merupakan metode utamanya, terdiri atas langkah-langkah:
Penyadaran suatu masalah, observasi kondisi-kondisi yang ada, perumusan dan
elaborasi tentang suatu kesimpulan, Pengetesan melalui suatu eksperimen.
d)
Peranan peserta didik dan pendidik:
Peserta didik adalah sebuah organisme yang rumit yang mampu tumbuh. Peranan
pendidik adalah mengawasi dan membimbing pengalaman belajar tanpa terlampau
banyak mencampuri urusan minat dan kebutuhan peserta didik.
Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati , di bawah
ini diuraikan tentang isi dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan
pengembangan kurikulum.
- Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi pada masa lalu.
- Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
- Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan: bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
- Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
- Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme,
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan
Model Kurikulum Subjek-Akademis.
Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi.
Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memilki kelemahan dan
keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum,
penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih
mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan
pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di
Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan
kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
Landasan filosifis memberikan arah pada semua keputusan dan tindakan manusia, karena filsafat merupakan
pandangan hidup, orang, masyarakat, dan bangsa.
Akan tetapi satu hal yang perlu diperhatikan oleh pengembang
kurikulum adalah, dalam mengembangkan kurikulum pengembang tidak hanya menonjolkan
atau mementingkan filsafat pribadinya, tetapi juga perlu mempertimbangkan
falsafah yang lain, antara lain: falsafah Negara, falsafah lembaga pendidikan,
dan stap pengajar atau pendidikan. Hampir tidak ada pada diri seseorang
yang menganut keempat aliran tersebut bersamaan berdasarkan kondisi dan situasi
tempat yang berbeda. Seseorang bisa saja idealis dalam melaksanakan perintah agama, realis dalam penelitian ilmiah, pragmatis dalam menghadapi
problemakemasyarakatan, dan eksistensialis dalammerealisasikan dirinya, namun
mereka tidak bisa menggunakannya secara bersama-sama untuk satu bidang.
DAFTAR
PUSTAKA
____________.
(2012). Dasar-dasar Pengembangan
Kurikulum. [Online]. Tersedia: http://www.sarjanaku.com/2012/01/dasar-dasar-pengembangan-kurikulum.
html.
____________.
Unit-2 Landasan Kurikulum.
[Download]. Tersedia: http://pjjpgsd.
dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/RevisiBahanAjarCetak/BACPengkurSD/UNIT-2PRINSIPLANDASANKURIKULUM.pdf.
Masitoh, dkk. Hand Out Revisi Landasan Pengembangan
Kurikulum. [Download]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR.PEDAGOGIK/196007071986012-OCIHSETIASIH/HandOtLANDASAnPENGKURREVISI.pdf.
Muhtar, Zulkifli.
(2011). Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum. [Online]. Tersedia: http://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/06/makalah-landasan-pengembangan-kurikulum/.