Model pembelajaran Time Token termasuk kedalam rumpun model
pembelajaran kooperatif. Model ini dipelopori oleh Arends pada tahun 1998
(Huda, 2013, hlm. 239). Berikut pengertian model pembelajaran Time Token menurut para ahli.
Menurut
Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 181) pembelajaran “model Time Token adalah pembelajaran dengan struktur yang dapat digunakan
untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi
pembicaraan atau siswa diam sama sekali”.
Sedangkan
menurut Huda (2013, hlm. 239) “model Time
Token termasuk kedalam pembelajaran yang demokratis, dimana proses belajar menempatkan siswa sebagai
subjek, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama, mereka selalu dilibatkan
secara aktif, sedangkan guru berperan mengajak siswa mencari solusi bersama
dari masalah atau topik yang dibahas.”
Pendapat
dari Saudagar dan Idrus memang sejalan dengan pendapat dari Huda, dimana mereka
mengartikan model Time Token sebagai
model yang sesuai untuk pembelajaran yang berhubungan dengan ilmu sosial,
dimana siswa diajarkan keterampilan sosial, belajar secara demokratis, dan
menghargai satu sama lain.
Dari
kedua pendapat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model Time Token adalah model yang mengajarkan
keterampilan sosial dan secara demokratis menjadikan siswa sebagai subjek of learning agar tidak ada siswa
yang mendominasi atau diam sama sekali dalam proses pembelajaran. Keterampilan
sosial yang diajarkan pada model ini adalah seperti berpendapat, menanggapi
pendapat, berkomunikasi, berargumentasi, menaati aturan dan saling menghargai satu
sama lain.
Model
pembelajaran Time Token jika dilihat
dari struktur katanya dalam Bahasa Inggris maka terdiri dari kata time yang berarti waktu dan token yang berarti tanda. Time Token dalam bahasa Indonesia
berarti tanda waktu. Maksud dari tanda waktu adalah dimana siswa harus
berbicara (berpendapat, memberikan informasi, atau bertanya) kepada
teman-temannya dengan batas waktu tertentu. Batas waktu setiap siswa untuk
berbicara adalah sama dan akan diberi tanda setelah siswa menggunakan
kesempatannya untuk berkomunikasi.
Model
pembelajaran identik dengan sintak atau langkah-langkah. Adapun langkah-langkah
model pembelajaran Time Token menurut
Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 181) terdapat beberapa langkah dalam
pembelajaran yang menggunakan model Time
Token
a.
Kondisikan
kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative
learning)
b.
Tiap
siswa diberi kupon/kartu bicara dengan waktu kurang lebih 30 detik. Tiap siswa
diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan.
c.
Bila
telah selesai bicara kupon/kartu yang dipegang siswa diserahkan. Setiap
berbicara satu kupon.
d.
Siswa
yang telah habis kartunya tak boleh bicara lagi, sedangkan yang masih memiliki kartu harus
berbicara sampai kartunya habis, dan begitu seterusnya.
Dari
langkah-langkah diatas penulis mengembangkan model Time Token menjadi beberapa fase yang sesuai dengan pembelajaran
KTSP yang sedang diberlakukan di SD dimana penelitian dilakukan, adapun
pengembangan langkah-langkahnya diantaranya
adalah sebagai berikut:
a.
Kegiatan Awal
1)
Seluruh siswa dibagi dalam beberapa
kelompok (misal 4 kelompok).
2)
Siswa diberi waktu beberapa menit untuk
menentukan tugas dari masing-masing anggota.
3)
Siswa berdiskusi secara terbimbing dan
melakukan eksplorasi.
4)
Kegiatan eksplorasi yang siswa lakukan
antara lain bisa berupa kajian literatur, mencari informasi dari perpustakaan,
wawancara orang sekitar, dan lingkungan sekitar.
b.
Kegiatan
Inti
1)
Setelahnya masing-masing dari siswa
diberi satu sampai dengan empat kartu Time
Token. Kartu Time Token berisi
kata-kata (clue) yang harus siswa
jelaskan. Kartu yang dibagikan berfungsi untuk berbicara (berpendapat,
menyampaikan informasi, dan mengemukakan pertanyaan) selama kurang lebih 30
detik sampai 60 detik. Ketika salah siswa berbicara, maka kelompok lain ada
yang bertugas menghitung waktu bicara dan mencatat hal-hal penting yang
dikemukakan.
2)
Siswa diberi waktu beberapa menit untuk
berdiskusi seputar kartu yang telah diterimanya. Disini terjadi komunikasi
antar anggota kelompok.
3)
Guru memberi aba-aba mulai. Siswa yang
berhak menjawab terlebih dahulu adalah siswa yang lebih cepat mengangkat tangan
agar lebih sistematis, maka yang pertama kali menggunakan kartunya adalah salah
satu anggota dari kelompok satu, karena kelompok satu terdiri dari beberapa
anggota maka kelompok lain bertugas untuk memperhatikan siapa yang mengangkat
tangan terlebih dahulu. Begitu juga seterusnya sampai kelompok terakhir.
4)
Jika siswa telah selesai mengemukakan
pendapatnya, maka kartu yang ia pegang harus dikembalikan kepada guru. Begitu
seterusnya sampai tidak ada lagi kartu yang dipegang siswa atau sampai waktu
pembelajaran selesai. Siswa yang telah habis kartunya tidak boleh bicara lagi.
5)
Siswa yang kartunya telah habis harus
mencatat hal-hal penting yang diungkapkan temannya. Semakin banyak yang dapat
dicatat siswa maka akan semakin besar siswa tersebut mendapatkan penghargaan
secara individu.
6)
Siswa yang tidak tepat menjawab atau
menjawab lebih dari 30 detik maka kartunya belum bisa dikembalikan.
c.
Kegiatan
Akhir
1)
Penghargaan kelompok dan individu, bisa
berupa reward bintang maupun poin.
2)
Siswa mengerjakan soal pemahaman tentang
apa yang telah dipelajarinya.
3)
Refleksi pembelajaran
4)
Penarikan kesimpulan
Dari
pembelajaran Time Token terdapat
suatu nilai yang dapat diambil oleh siswa seperti rasa solidaritas antar
anggota kelompok yang tinggi, rasa saling menghargai, dan ketergantungan yang
positif satu sama lain, namun dibalik semua itu, setiap model dalam suatu
pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.
Adapun
kelebihan dan kekurangan yang peneliti temukan dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Time Token
diantaranya adalah sebagai berikut.
a.
Kelebihan
1)
Tidak ada lagi guru atau siswa yang
mendominasi pembelajaran.
2)
Setiap siswa memiliki kewajiban dan hak
yang adil dalam pembelajaran.
3)
Kegiatan belajar yang kompetitif namun
tetap menjunjung tinggi nilai kebersamaan untuk saling menghargai satu sama
lain.
4)
Kegiatan belajar yang menyenangkan.
5)
Membangun kemampuan komunikasi siswa
terutama dalam hal mengeluarkan pendapat dan mendengarkan pendapat.
b.
Kekurangan
1)
Memerlukan waktu yang cukup lama, jika
terdapat 30 siswa maka minimal waktu kegiatan inti pembelajaran adalah 30 – 60
menit.
2)
Ada kemungkinan siswa yang telah lebih
dulu menghabiskan kartunya akan merasa bosan namun hal ini dapat diantisipasi
dengan mendengarkan aktif yaitu mendengarkan dengan menghasilkan suatu tulisan
(produktif).