Pages

Popular Posts

Wednesday, December 9, 2015

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token

Model pembelajaran Time Token termasuk kedalam rumpun model pembelajaran kooperatif. Model ini dipelopori oleh Arends pada tahun 1998 (Huda, 2013, hlm. 239). Berikut pengertian model pembelajaran Time Token menurut para ahli.
Menurut Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 181) pembelajaran “model Time Token adalah pembelajaran dengan struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali”.
Sedangkan menurut Huda (2013, hlm. 239) “model Time Token termasuk kedalam pembelajaran yang demokratis, dimana  proses belajar menempatkan siswa sebagai subjek, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama, mereka selalu dilibatkan secara aktif, sedangkan guru berperan mengajak siswa mencari solusi bersama dari masalah atau topik yang dibahas.”
Pendapat dari Saudagar dan Idrus memang sejalan dengan pendapat dari Huda, dimana mereka mengartikan model Time Token sebagai model yang sesuai untuk pembelajaran yang berhubungan dengan ilmu sosial, dimana siswa diajarkan keterampilan sosial, belajar secara demokratis, dan menghargai satu sama lain.
Dari kedua pendapat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model Time Token adalah model yang mengajarkan keterampilan sosial dan secara demokratis menjadikan siswa sebagai subjek of learning agar tidak ada siswa yang mendominasi atau diam sama sekali dalam proses pembelajaran. Keterampilan sosial yang diajarkan pada model ini adalah seperti berpendapat, menanggapi pendapat, berkomunikasi, berargumentasi, menaati aturan dan saling menghargai satu sama lain.
Model pembelajaran Time Token jika dilihat dari struktur katanya dalam Bahasa Inggris maka terdiri dari kata time yang berarti waktu dan token yang berarti tanda. Time Token dalam bahasa Indonesia berarti tanda waktu. Maksud dari tanda waktu adalah dimana siswa harus berbicara (berpendapat, memberikan informasi, atau bertanya) kepada teman-temannya dengan batas waktu tertentu. Batas waktu setiap siswa untuk berbicara adalah sama dan akan diberi tanda setelah siswa menggunakan kesempatannya untuk berkomunikasi.
Model pembelajaran identik dengan sintak atau langkah-langkah. Adapun langkah-langkah model pembelajaran Time Token menurut Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 181) terdapat beberapa langkah dalam pembelajaran yang menggunakan model Time Token
a.              Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning)
b.             Tiap siswa diberi kupon/kartu bicara dengan waktu kurang lebih 30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan.
c.              Bila telah selesai bicara kupon/kartu yang dipegang siswa diserahkan. Setiap berbicara satu kupon.
d.             Siswa yang telah habis kartunya tak boleh bicara lagi,  sedangkan yang masih memiliki kartu harus berbicara sampai kartunya habis, dan begitu seterusnya.
Dari langkah-langkah diatas penulis mengembangkan model Time Token menjadi beberapa fase yang sesuai dengan pembelajaran KTSP yang sedang diberlakukan di SD dimana penelitian dilakukan, adapun pengembangan langkah-langkahnya  diantaranya adalah sebagai berikut:
a.             Kegiatan Awal

1)             Seluruh siswa dibagi dalam beberapa kelompok (misal 4 kelompok).
2)             Siswa diberi waktu beberapa menit untuk menentukan tugas dari masing-masing anggota.
3)             Siswa berdiskusi secara terbimbing dan melakukan eksplorasi.
4)             Kegiatan eksplorasi yang siswa lakukan antara lain bisa berupa kajian literatur, mencari informasi dari perpustakaan, wawancara orang sekitar, dan lingkungan sekitar.

b.             Kegiatan Inti
1)             Setelahnya masing-masing dari siswa diberi satu sampai dengan empat kartu Time Token. Kartu Time Token berisi kata-kata (clue) yang harus siswa jelaskan. Kartu yang dibagikan berfungsi untuk berbicara (berpendapat, menyampaikan informasi, dan mengemukakan pertanyaan) selama kurang lebih 30 detik sampai 60 detik. Ketika salah siswa berbicara, maka kelompok lain ada yang bertugas menghitung waktu bicara dan mencatat hal-hal penting yang dikemukakan.
2)             Siswa diberi waktu beberapa menit untuk berdiskusi seputar kartu yang telah diterimanya. Disini terjadi komunikasi antar anggota kelompok.
3)             Guru memberi aba-aba mulai. Siswa yang berhak menjawab terlebih dahulu adalah siswa yang lebih cepat mengangkat tangan agar lebih sistematis, maka yang pertama kali menggunakan kartunya adalah salah satu anggota dari kelompok satu, karena kelompok satu terdiri dari beberapa anggota maka kelompok lain bertugas untuk memperhatikan siapa yang mengangkat tangan terlebih dahulu. Begitu juga seterusnya sampai kelompok terakhir.
4)             Jika siswa telah selesai mengemukakan pendapatnya, maka kartu yang ia pegang harus dikembalikan kepada guru. Begitu seterusnya sampai tidak ada lagi kartu yang dipegang siswa atau sampai waktu pembelajaran selesai. Siswa yang telah habis kartunya tidak boleh bicara lagi.
5)             Siswa yang kartunya telah habis harus mencatat hal-hal penting yang diungkapkan temannya. Semakin banyak yang dapat dicatat siswa maka akan semakin besar siswa tersebut mendapatkan penghargaan secara individu.
6)             Siswa yang tidak tepat menjawab atau menjawab lebih dari 30 detik maka kartunya belum bisa dikembalikan.


c.              Kegiatan Akhir
1)             Penghargaan kelompok dan individu, bisa berupa reward bintang maupun poin.
2)             Siswa mengerjakan soal pemahaman tentang apa yang telah dipelajarinya.
3)             Refleksi pembelajaran
4)             Penarikan kesimpulan
Dari pembelajaran Time Token terdapat suatu nilai yang dapat diambil oleh siswa seperti rasa solidaritas antar anggota kelompok yang tinggi, rasa saling menghargai, dan ketergantungan yang positif satu sama lain, namun dibalik semua itu, setiap model dalam suatu pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.

Adapun kelebihan dan kekurangan yang peneliti temukan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Time Token diantaranya adalah sebagai berikut.

a.             Kelebihan
1)             Tidak ada lagi guru atau siswa yang mendominasi pembelajaran.
2)             Setiap siswa memiliki kewajiban dan hak yang adil dalam pembelajaran.
3)             Kegiatan belajar yang kompetitif namun tetap menjunjung tinggi nilai kebersamaan untuk saling menghargai satu sama lain.
4)             Kegiatan belajar yang menyenangkan.
5)             Membangun kemampuan komunikasi siswa terutama dalam hal mengeluarkan pendapat dan mendengarkan pendapat.

b.             Kekurangan
1)             Memerlukan waktu yang cukup lama, jika terdapat 30 siswa maka minimal waktu kegiatan inti pembelajaran adalah 30 – 60 menit.

2)             Ada kemungkinan siswa yang telah lebih dulu menghabiskan kartunya akan merasa bosan namun hal ini dapat diantisipasi dengan mendengarkan aktif yaitu mendengarkan dengan menghasilkan suatu tulisan (produktif).